SUKABUMI -– Pemandangan memilukan sekaligus mengharukan terjadi di Kampung Tanjung, Desa Tanjung, Kecamatan Jampangkulon, Kabupaten Sukabumi. Sejumlah warga terpaksa menyeberangi Sungai Cikarang dengan arus deras sambil menggotong keranda jenazah menuju Tempat Pemakaman Umum (TPU) Cibungur, Selasa (19/8/2025).
Aksi berbahaya tersebut viral di media sosial setelah rekaman video perjuangan warga menyebrangi sungai demi menghormati prosesi pemakaman beredar luas. Dalam video berdurasi 58 detik, terlihat warga berjibaku menjaga agar keranda tidak terjatuh di tengah derasnya arus⁽¹⁾.
Kepala Desa Tanjung, Dadep Taofikul Hikmah, membenarkan kejadian tersebut. Menurutnya, warga terpaksa menyeberangi sungai karena jembatan gantung penghubung Kampung Tanjung dengan Desa Mekarmukti, Kecamatan Waluran, telah putus akibat banjir bandang pada Desember 2024.
“Jembatan itu awalnya dibangun Pemkab Sukabumi pada 2017. Setelah rusak, warga sempat membangun ulang secara swadaya, namun kembali hanyut pada Maret 2025 karena banjir susulan,” jelas Dadep⁽¹⁾.
Ia menegaskan bahwa jembatan tersebut merupakan satu-satunya akses vital warga untuk aktivitas ekonomi, pendidikan, dan kesehatan. “Sawah, sekolah, pasar, bahkan rumah sakit lebih dekat jika lewat jembatan itu. Sekarang warga harus memutar lebih dari tujuh kilometer,” tambahnya.
Dadep juga menyampaikan bahwa banyak anak-anak Kampung Tanjung bersekolah di Kampung Cibungur. “Satu-satunya jalan ke sekolah ya lewat jembatan itu. Bisa dibayangkan beratnya aktivitas warga sejak jembatan hanyut,” ujarnya.
Pemerintah desa berharap agar jembatan segera dibangun kembali, minimal jembatan gantung seperti sebelumnya, atau lebih ideal jika dibangun jembatan permanen yang bisa dilalui kendaraan roda empat.
Wahyudin (49), warga Kampung Tanjung, mengaku kesulitan besar terutama saat ada warga yang meninggal dunia. TPU yang biasa digunakan berada di Kampung Cibungur, Desa Mekarmukti, sehingga warga tidak punya pilihan selain menyeberangi sungai.
“Sudah sering kami harus nyebrang sungai, meski airnya deras. Kalau dulu masih ada jembatan, aman. Tapi sekarang benar-benar kesulitan,” ungkapnya.
Ia menambahkan bahwa hampir semua aktivitas warga lumpuh sejak jembatan hanyut. “Usaha penggilingan padi saya juga terdampak. Pengusaha beras dari Mekarmukti kesulitan masuk. Kalau jembatan masih ada, semua dekat. Sekarang harus memutar jauh,” keluhnya.(ndi/d)